Kamis, Januari 15, 2009

Analisa penjualan motor Suzuki dimata seorang bikers GTMC

Setelah melewati masa gemilang penjualan 6,2 juta unit (AISI) sepeda motor sepanjang 2008 lalu, tampaknya memasuki 2009 ini harus di iringi nada pesimistis kalangan otomotif Indonesia, khususnya roda dua. Banyak faktor pendukung opini tersebut selain kondisi menurunnya ekonomi atau resesi global, negeri ini juga akan memasuki pemilu. Suzuki yang merupakan salah satu pabrikan besar di Indonesia pun berbenah 2009 ini dengan salah satu caranya mengganti nama menjadi PT. Suzuki Indomobil Motor (SIM) setelah Suzuki motor corporation (SMC) jepang men”take over” 50% saham dari PT. Indomobil Suzuki International (ISI). Untuk roda dua pun terjadi pergantian nama dari PT.IMNI menjadi PT. Suzuki Indomobil Sales (SIS). Upaya ini mungkin dilakukan untuk meningkatkan penjualan motor Suzuki yang sempat menurun kurun 3 tahun terakhir ini. Sangat disayangkan karena pangsa pasar Suzuki menurun di saat terjadinya peningkatan penjualan nasional (lihat tabel). Penjualan Suzuki sendiri selama 2008 mencapai 794.622 unit dengan pembagian kontribusi di segmen sport 111.623 unit, Skutik 210.962, underbone 471.054, dan sisanya segmen build up.

Padahal memasuki 2009 ini justru dikhawatirkan memiliki potensi krisis ekonomi seperti yang terjadi pada 1998, dimana pada tahun 1997 penjualan motor nasional mencapai 1.852.906 unit (data AISI) dan Suzuki masih bisa meraih 20,8% pangsa pasar. Tetapi menurun drastis menjadi hanya 517.914 unit. Semoga saja ini menjadi hipotesa yang keliru karena bagaimanapun, kita semua harus optimis meskipun kondisi sulit.


Dari data AISI di tabel, blogger mencoba membuat analisa penurunan penjualan Suzuki dalam 3 tahun terakhir berdasarkan lini produk. Secara kasat mata terlihat bahwa pada lineup 2006 sudah tidak terlihat lg motor2 sport prestise seperti Thunder 250, FXR 150, TS 125. Meskipun kontribusi penjualan sport rata2 hanya 10-15% dari total penjualan Suzuki, tetapi efeknya besar bagi image dan ekuitas merek Suzuki. Ini berhubungan dengan faktor 'emosional' konsumen. Analoginya ibarat sebuah ritel atau mal yang identik dengan produk/ barang2 luar negeri dan mahal tetapi menjual jg barang alternatif yang lebih terjangkau. Konsumen akan bangga membeli produk alternatif tersebut karena faktor “brand” mal tersebut dan juga keberadaan produk mahal tadi.
Jangan lupakan kekuatan “word of mouth” dan komunitas karena kadang itu jg menjadi sarana promosi murah terefektif dibanding budget advertising. Diluar itu, Suzuki kurang menelurkan produk baru dalam 3 tahun terakhir dibanding serbuan kompetitor,terutama di segmen "gemuk" bebek 110cc dan matic..

Yaah.. ini cm analisa sepihak seorang fanatik Suzuki yang merasa terpikir untuk beropini secara eksternal, tidak mempertimbangkan profit dan berbagai macam “internal policy” Suzuki. Semoga tahun 2009 bs lebih baik lg bagi Suzuki.
Blogger sendiri pemakai motor Suzuki sejak tahun 1997 sampai sekarang. Motography: 1997-2006 Shogun 110, 2006-Skr Thunder 125, 2007-Skr Skywave 125, 2008-Skr Thunder 250


Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda